Bangunan restoran besar di daerah Sukun telah dijadikan markas rahasia oleh para pemuda Naga Hitam , di dalamnya telah berkumpul beberapa pelajar TGP dan tentara angkatan laut KRIS yang anggotanya orang orang Sulawesi , selain itu juga ada beberapa tentara TNI dari berbagai batalion yang memang ingin berpindah aksi ke kota , lagipula sejak kota Malang dibakar dan dibiarkan direbut pasukan Belanda maka statusnya sudah berubah menjadi medan perang terbuka , artinya siapapun boleh melakukan aksi pengacauan ke sana tanpa perlu perintah atau koordinasi dari komandan batalion , paling paling letkol Hamid Rusdi hanya mengumpat kesal karena Darmanto meninggalkan Bululawang tanpa sempat meminta ijin terlebih dahulu.
Darmanto tidak ingin terburu buru beraksi ke wilayah kota , ia masih ingin bersantai sejenak sambil mengakrabkan diri dengan para tentara TNI yang belum dikenalnya , mereka semua tampak asik menghabiskan waktu dengan bermain catur atau kartu gaple ramai ramai , akhirnya Darmanto ikut nimbrung main kartu hingga ia keasikan main sampai larut malam , walaupun tidak ada listrik mereka tetap meneruskan main kartu sambil diterangi lampu teplok.
Keesokan harinya beberapa pemuda Naga Hitam berencana pergi beraksi ke kota Malang , mereka berniat melakukan aksi pengacauan untuk menghabisi pasukan Belanda sebanyak yang mereka bisa , karena sudah gatal ingin beraksi Darmanto akhirnya memutuskan ikut bersama mereka , tentunya ia akan beraksi menjadi penembak runduk dengan membawa senapan m1d garand kesayangannya.
Sebelum berangkat ke kota para pemuda Naga Hitam mempersiapkan perbekalan dan senapannya masing masing , ada yang membawa pistol nambu atau luger dan ada juga yang membawa senapan sten atau bren , setelah semua senapan dilumasi mereka langsung berpamitan dan kemudian beranjak keluar meninggalkan restoran.
Untuk menuju kota Malang para pemuda Naga Hitam harus berjalan melewati sungai yang penuh bebatuan , Darmanto yang mengikuti mereka harus berhati hati melangkahkan kaki agar tidak terpeleset batuan sungai yang licin , setelah cukup jauh berjalan melewati sungai akhirnya mereka tiba di lobang saluran air yang katanya langsung menembus kota Malang " yo iki jalur siji sijine seng aman pak kapten !... ngko nembuse pas nang kuto malang pak !.. " Darmanto yang tidak tau apa apa hanya mengikuti para pemuda Naga Hitam yang memang arek arek Malang asli , mereka sangat paham denah kotanya sehingga tidak akan kesasar memasuki saluran air yang gelap dan bercabang cabang ke berbagai arah , sambil menyalakan sebatang flare mereka terus berjalan menyusuri saluran air hingga akhirnya keluar di lobang yang berada tepat di belakang gedung Electricitiet , posisi gedung ini berada di ujung pertigaan jalan raya sehingga sangat ideal kalau digunakan beraksi menjadi penembak runduk.
" Wes aku tinggalen neng kene !!.. ngko ketemu maneh neng njerone saluran banyu !!.. " Darmanto ditinggalkan sendirian di belakang gedung Electricitiet , sementara para pemuda Naga Hitam akan beraksi ke sekolahan Fraterschool yang sudah direbut pasukan Belanda , tanpa berlama lama Darmanto langsung memanjat ke atap gedung dan kemudian mengamati keadaan di pertigaan jalan raya , ada beberapa panser dan jeep yang sesekali lewat namun ia tak mungkin membidik karena lajunya terlalu cepat.
Saat hari sudah siang Darmanto melihat puluhan tentara Belanda yang sedang berjalan di kejauhan , tanpa buang buang waktu ia langsung tiarap dan bersiap membidik salah satu dari mereka , dari jarak lebih dari seratus meter ia melepaskan tembakan pertamanya yang langsung merobohkan salah seorang tentara Belanda " dakk !.. " seketika kepanikan melanda para tentara Belanda yang berada di kejauhan itu , mereka langsung memegang senapan masing masing sambil tengok kanan kiri mencari keberadaan pembunuh teman mereka , tentu saja mereka tak akan tau karena Darmanto yang baru saja membunuh teman mereka berada ratusan meter di ujung pertigaan jalan.
Di saat para tentara Belanda itu masih kepanikan Darmanto langsung membidik korban berikutnya , sekejap kemudian " dakk !!.. " seorang tentara Belanda tewas lagi setelah kepalanya terkena tembakan Darmanto , tak butuh waktu lama beberapa tentara Belanda lainnya tewas bertumbangan dengan kepala berlubang , namun pada akhirnya mereka mengetahui keberadaan Darmanto karena lensa teleskopnya memantulkan sinar matahari yang mulai beranjak ke barat , apa boleh buat terpaksa Darmanto turun dari atap gedung Electricitiet sebelum akhirnya ia masuk ke lobang saluran air yang ada di sungai belakang gedung.
Hari sudah beranjak malam sementara Darmanto masih bersembunyi di lobang saluran air yang gelap dan banyak nyamuk , beberapa jam kemudian para pemuda Naga Hitam datang dengan muka yang tampak sumringah , mereka senang karena aksi pengacauan yang mereka lakukan berhasil menghabisi banyak tentara Belanda di sekolahan Fraterschool , selain itu tak ada seorangpun dari mereka yang mati atau terluka sehingga aksi ini akan terus berlanjut hingga esok hari " wes saiki awake dhewe turu ndek kene ae pak !... mangkane ndek mau wes sangu roti karo ombe " selama semalam Darmanto dan para pemuda Naga Hitam bersembunyi di dalam lobang saluran air yang gelap dan banyak nyamuk , untungnya ada perbekalan yang mencukupi sehingga perut tidak kelaparan hingga esok hari.
Saat ayam jantan berkokok Darmanto dan para pemuda Naga Hitam sudah terbangun semua , dengan mata yang masih terkantuk kantuk mereka langsung melakukan briefing singkat untuk misi hari ini , rencananya Darmanto akan diantarkan ke gereja Katholik yang ada di daerah Kayutangan , sementara para pemuda Naga Hitam akan beraksi di daerah Ijen Boulevard yang merupakan pemukiman elit orang orang Belanda , mumpung hari belum beranjak terang mereka segera pergi melewati percabangan lobang saluran air yang menembus tak jauh di belakang gereja Katholik , atap gereja itu menjulang tinggi dan lokasinya berada di pojok tikungan jalan sehingga sangat ideal kalau digunakan beraksi menjadi penembak runduk.
Dengan tergesa para pemuda Naga Hitam bergegas pergi ke Ijen Boulevard , sementara Darmanto mulai berjalan merunduk hingga mencapai halaman belakang gereja , sesaat ia kebingungan tak tau bagaimana caranya naik ke atap gereja yang sangat tinggi , untungnya ia menemukan tangga bambu yang teronggok di bawah pohon dan langsung ia gunakan untuk memanjat ke atap gereja , begitu tiba di atap ia harus berhati hati merangkak karena posisi gentengnya cukup landai , hingga akhirnya setelah susah payah merangkak ia berhasil mencapai dua menara yang menjulang di bagian depan atap gereja , dari sana ia dapat mengamati keadaan di jalan raya daerah Kayutangan hingga gedung Corcordia yang berada cukup jauh di sebelah selatan.
Saat fajar menyingsing Darmanto sudah siap beraksi menjadi penembak runduk , dari tadi ia bersembunyi di balik menara gereja sembari terus mengamati keadaan sekitar , hingga akhirnya terlihatlah iring iringan jeep dan truk pasukan Belanda yang berjalan lambat melewati jalan raya daerah Kayutangan , tanpa buang buang waktu Darmanto langsung membidik ban jeep yang melaju paling depan , dengan penuh perhitungan ia berusaha membidik ban jeep itu sebelum akhirnya ia mantap menekan pelatuk bedilnya " dakk !!.. " tembakan Darmanto tepat mengenai ban jeep hingga kempes , karena jeep itu berhenti di tengah jalan maka iring iringan truk dan jeep yang ada di belakangnya terpaksa harus berhenti juga , kesempatan ini tidak di sia siakan Darmanto yang langsung berniat membidik tangki bahan bakar salah satu truk , sekejap kemudian " bluuaaar !!... " sebuah truk meledak setelah tankinya ditembak Darmanto , ledakan truk itu juga menewaskan puluhan tentara Belanda yang diangkut sehingga Darmanto tersenyum puas melihatnya.
Masih ada puluhan tentara Belanda yang harus dihabisi di bawah sana , mereka semua tampak panik dan menembaki pertokoan yang ada di pinggir jalan " dreett !!... dreett !!... dreett !!... " mereka pikir sang penembak runduk ada di atap toko padahal sebenarnya sedang bersembunyi di balik menara gereja , tentu saja Darmanto senang karena posisinya sangat aman dan tidak akan ketahuan oleh para tentara Belanda yang ada di bawah sana , lagipula ia membidik ke arah barat sehingga lensa teleskopnya tidak akan terpantul oleh sinar matahari pagi yang berada di ufuk timur.
Peluru demi peluru terus ditembakkan Darmanto hingga menghabisi banyak nyawa tentara Belanda , jika dihitung mungkin sudah ada hampir 30 an tentara Belanda yang berhasil ia habisi secara senyap , namun aksinya tak bisa dilanjutkan lagi karena iring iringan jeep dan truk itu memutuskan balik arah meninggalkan daerah Kayutangan , jika sudah seperti ini Darmanto terpaksa harus mencari tempat beraksi yang lain karena tak lama lagi pasukan elit DST mungkin akan datang menyisir daerah Kayutangan.
Buru buru Darmanto menuruni atap gereja sebelum akhirnya ia bersembunyi di semak semak yang ada di halaman belakang , setelah memastikan keadaan aman barulah ia berjalan merunduk menuju lobang saluran air yang berada tak jauh di belakang gereja , dari saluran air itu ia mencoba berjalan melewati percabangan terdekat yang ternyata berujung tepat di belakang hotel Splendid Inn , bangunan hotel ini sudah hangus karena ikut dibakar sebelum kedatangan pasukan Belanda.
Dengan cekatan Darmanto memanjat pohon trembesi lebat yang berada di halaman samping hotel Splendid Inn , dari sana ia dapat mengamati keadaan gedung balaikota yang bangunannya juga sudah hangus terbakar , sementara di halaman gedung itu ada banyak tentara Belanda yang sedang berjaga jaga atau sibuk memperbaiki mesin truk , tentu saja kesempatan ini tidak disia siakan Darmanto untuk kembali melanjutkan aksinya menjadi penembak runduk.
Dari balik rimbun dedaunan pohon trembesi Darmanto mulai membidik salah seorang tentara Belanda yang sedang memperbaiki mesin truk , sekejap kemudian " dakk " tembakan senyap yang dilepaskan Darmanto langsung mengenai tentara itu hingga tewas seketika , karuan saja semua tentara Belanda di halaman balai kota mulai kepanikan dan menengok kesana kemari , sementara Darmanto yang bersembunyi di balik pohon trembesi kembali mengincar korban berikutnya " dakk !!... dakk !!.... dakk !!... " secara berturut turut tembakan Darmanto berhasil menghabisi beberapa tentara Belanda sekaligus , aksinya terus berlanjut karena ia membawa banyak peluru di dalam tasnya , namun saat menjelang siang angin berhembus lebih kencang sehingga sulit bagi Darmanto untuk membidik secara akurat , bahkan tak lama kemudian langit mulai menggelap seperti akan turun hujan deras , melihat keadaan seperti ini Darmanto terpaksa menghentikan aksinya menjadi penembak runduk.
Saat siang hari kota Malang diguyur hujan yang sangat deras , Darmanto yang bersembunyi di lobang saluran air mulai menggigil kedinginan karena kakinya terendam air hingga mencapai lutut , dari tadi ia terus menghisap rokok agar tidak terlalu menggigil berada di lobang saluran air yang hawanya terasa lembab , sementara para pemuda Naga Hitam yang ditunggunya tak kunjung segera datang , tentunya ia tak mungkin kembali ke daerah Sukun sendirian karena hanya pemuda Naga Hitam yang tahu jalur percabangan saluran air menuju ke sana.
Sampai sore para pemuda Naga Hitam tak kunjung menampakkan batang hidungnya , apa boleh buat terpaksa Darmanto berjalan sendirian menyusuri saluran air yang gelap dan bercabang kemana mana , sambil menyalakan sebatang flare ia terus berjalan memasuki percabangan demi percabangan yang tak tau akan berujung kemana , rasanya ia semakin tersesat dan mulai khawatir kalau tak bisa kembali ke daerah Sukun.
Sebatang flare yang dipegang Darmanto baru saja padam sehingga keadaan di dalam saluran air benar benar gelap gulita , di tengah keadaan seperti ini tanpa sengaja kakinya tersenggol oleh sesuatu yang panjang dan besar seukuran pohon kelapa , ketika ia mencoba merabanya ternyata sesuatu yang panjang dan besar itu bersisik sangat kasar seperti ular , lebih buruknya lagi apa yang ia yakini sebagai ular raksasa itu terus bergerak secara perlahan lahan , karena sudah kelewat takut Darmanto akhirnya berjalan kembali ke percabangan sebelumnya , dengan hati hati ia berusaha berjalan pelan pelan agar kakinya tidak menyenggol ular raksasa yang panjangnya bermeter meter itu.
Ketika mencapai percabangan saluran air yang sebelumnya Darmanto merasa lega karena ular raksasa tadi sudah tidak ada , karena sudah kelelahan dan ketakutan akhirnya ia memutuskan keluar dari lobang saluran air secepatnya , tak lama kemudian ia tiba di belakang hotel Splendid Inn dan nekat tidur di sana , saking lelahnya ia tertidur hingga mendengkur tanpa peduli kalau tertangkap pasukan Belanda yang berpatroli di sekitar hotel.
" Pak kapten !!... ayo tangi pak !!... wayahe mbalik saiki pak ! " Darmanto terbangun setelah pundaknya diguncang guncang para pemuda Naga Hitam , ia senang karena mereka sudah kembali dan tidak ada seorangpun yang mati atau terluka , sementara hari sudah beranjak terang dan mereka semua harus buru buru kembali ke daerah Sukun secepatnya.
" Caak !!... naga hitam pulaang !!... pak kapten juga pulaaang !!... selamet kabeh caaak !!... " saat tiba di restoran semua orang langsung menyambut kedatangan Darmanto dan para pemuda Naga Hitam yang sudah kelelahan menuntaskan aksi , sementara seorang juru masak langsung menyuguhkan bermangkuk mangkuk bakmi udang kepada mereka , tanpa sempat mandi bakmi yang masih panas itu langsung disantap hingga ludes tak tersisa , maklum sejak kemarin mereka sudah kelaparan karena kehabisan bekal.
Darmanto yang terkena demam ingin tidur seharian untuk memulihkan kesehatannya , sebelum tidur ia menyempatkan mengetik surat yang kemudian diserahkan kepada seorang kurir yang akan berangkat ke Malang selatan , surat itu ditujukan kepada letkol Hamid Rusdi dan isinya adalah laporan misi yang baru saja ia tuntaskan , dengan surat itu pula ia meminta ijin agar diberi waktu beberapa hari berada di Sukun karena masih ada misi misi lain yang harus dilakukan di wilayah kota.
Beberapa hari kemudian Darmanto sudah sehat dan siap mengikuti misi penyerbuan penjara yang ada di daerah Lowokwaru , katanya di sana ada banyak milisi dan tentara TNI yang tertangkap sehingga perlu dilakukan upaya pembebasan secepatnya , bersama sepeleton tentara TNI yang terdiri dari 32 orang Darmanto ikut berangkat menuju daerah Lowokwaru yang terletak di sebelah utara daerah Sukun , perjalanan ke sana ditempuh dengan berjalan kaki melewati kampung demi kampung sambil menyapa para penduduk yang berkerumun di depan rumahnya masing masing " merdeka cak !!... pokoke merdeka cak !!.. " rasanya semangat juang jadi semakin menyala saat para penduduk berteriak teriak memberikan dukungan moril kepada para tentara TNI yang melewati rumah mereka , dengan derap langkah yang mantap para tentara TNI terus melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di perbatasan daerah Lowokwaru.
" Bung !!... kita lewat gang gang kecil saja !!... banyak tentara belanda di jalan raya !!.. " pasukan Belanda sudah menguasai jalan raya sehingga perjalanan harus ditempuh melewati gang gang sempit yang tembusannya sampai ke pemukiman penduduk , begitu seterusnya perjalanan ditempuh hingga tanpa sengaja para tentara TNI melihat segerombol tentara Belanda yang sedang mengisi bahan bakar di kios KPM.
Darmanto dan rekan rekannya merunduk dibalik tumpukan drum minyak , sementara di kios KPM para tentara Belanda masih sibuk mengisi bahan bakar jeep dan tak menyadari kalau sedang diintai , karena jumlah mereka tidak banyak akhirnya para tentara TNI memutuskan untuk melakukan penyerangan secara cepat , dengan sigap Darmanto dan rekan rekannya keluar dari balik tumpukan drum sambil menembaki para tentara Belanda yang ada di kios KPM " drett !!... drett !!.... drett !!... " aksi penyerangan berlangsung secara cepat hingga menewaskan semua tentara Belanda yang tak sempat balas menembak , namun tanpa diduga di kejauhan mulai berdatangan segerombol tentara Belanda lainnya yang langsung menembak secara membabi buta " dreett !!.... dreett !!... dreett !!.... " Darmanto dan rekan rekannya langsung berlarian dan bersembunyi di pagar pagar rumah sekitar kios KPM , sambil bersembunyi mereka mencoba membalas tembakan tentara Belanda yang ada di kejauhan itu " dreett !!.... dreett !!... dreett !!... " baku tembak berlangsung sengit hingga menewaskan beberapa tentara Belanda yang ada di kejauhan itu , namun tak lama kemudian datang segerombol tentara Belanda lainnya yang membawa senapan gatling dan langsung balas menembak secara membabi buta " dreett !!!.... dreett !!... dreett !!.... " rentetan tembakan senapan gatling menghujani pagar pagar rumah yang dijadikan tempat bersembunyi para tentara TNI , semuanya hanya bisa merunduk sambil sesekali melakukan serangan balasan sebisanya " dreett !!... dreett !!... " karena sudah semakin kepepet mereka langsung melompati pagar lalu berlari secepatnya menghindari rentetan tembakan senapan gatling itu.
Dengan terengah engah para tentara TNI berlari melewati gang sempit di antara rumah rumah penduduk , namun gerombolan tentara Belanda tadi terus mengejar dan menembaki mereka tanpa henti " dreet !!.... drett !!... dreett !!... " beberapa orang jatuh bertumbangan terkena tembakan , sementara Darmanto mengerang kesakitan saat punggungnya tertembus peluru hingga mengucurkan banyak darah , untungnya ia masih bisa terus berlari bersama rekan rekannya hingga mencapai tegalan yang ada belakang rumah penduduk , di sana mereka bersembunyi hingga malam sambil berusaha memulihkan diri dengan obat obatan ala kadarnya.
Misi penyerbuan ke penjara Lowokwaru dinyatakan gagal karena beberapa orang sudah tewas dan terluka parah , dengan kondisi seperti ini para tentara TNI yang tersisa terpaksa harus kembali ke daerah Sukun secepatnya , sebelum fajar menyingsing mereka terus berjalan melewati tegalan yang gelap sebelum akhirnya tiba di perbatasan daerah Lowokwaru yang dijaga segerombol tentara Belanda , karena tidak mungkin melakukan perlawanan mereka meneruskan perjalanan melewati persawahan hingga akhirnya tiba di perkampungan daerah Sukun , untungnya penduduk setempat bersedia mengantarkan para tentara TNI kembali ke restoran dengan menumpangi cikar yang ditarik sapi , begitu tiba Darmanto dan rekan rekannya yang terluka langsung dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
Selama seminggu lebih Darmanto terbaring lemah di ranjang rumah sakit , selama itu pula ia mendengar kabar bahwa pasukan Belanda terus melakukan penyerangan di berbagai daerah Malang selatan hingga daerah Malang barat seperti Batu , Pujon atau Kasembon , sepertinya Belanda ingin menguasai lebih banyak wilayah pinggiran sebelum dewan keamanan PBB mendesak penghentian agresi militer yang mereka lakukan , bisa jadi setelah ini pihak Belanda akan membuat perjanjian baru yang mungkin jauh lebih buruk daripada perjanjian Linggarjati yang mereka langgar sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar