HIDOEP ITOE PERDJOEANGAN - Mendjaga Malang chapter II

 " Serbuuu !!.... serbu kabeeh !!... " teriakan lantang Darmanto langsung membuat semua orang berhamburan keluar dari tegalan , dengan sigap mereka semua langsung tiarap di jalanan atau merunduk di parit sambil menembaki segerombol tentara Belanda yang membawa senapan gatling dan bren " dreet !!.... dreet !!... duaar !!... duaar !!... " baku tembak terjadi dengan sengit hingga menewaskan beberapa orang , sementara belasan tentara Belanda lain mulai berdatangan dan ikut menembaki secara membabi buta.



" Drett !!... dreet !!... duaar !!... duaar !!.. " di tengah bisingnya suara rentetan tembakan Darmanto memberanikan diri untuk maju melemparkan granatnya " bluaarr !!... " seketika ledakan dahsyat menewaskan beberapa tentara Belanda yang membawa senapan gatling dan bren , sementara tentara Belanda lainnya berangsur angsur mundur dan langsung dikejar oleh para milisi yang terus menembakkan bedilnya " ayo kiter !!... ayo pateni kabeh !!... " lambat laun pertempuran ini mulai menyebar ke segala penjuru desa , semua orang saling berlarian melewati ruas ruas jalan sambil menembaki puluhan tentara Belanda yang sudah kocar kacir tak tentu arah " duaar !!... duaar !!... dreett !!... dreett !!.... " dengan penuh keberanian para tentara TNI dan milisi terus memburu tentara tentara Belanda yang berada di jalanan , ketika sudah kepepet mereka langsung berlarian dan bersembunyi di pekarangan rumah rumah penduduk yang dipenuhi pepohonan pisang.


" Ati ati !!... awasi kiwo tengen !!... " Darmanto terus memperingatkan semua orang agar mewaspadai pekarangan rumah rumah penduduk di kiri kanan jalan " duaar !!... duaar !!... " beberapa orang yang lengah tiba tiba roboh terkena tembakan sementara yang lainnya langsung merundukkan badan di parit pinggir jalan , sekejap kemudian Darmanto mengkomando semua orang untuk menyebar memasuki pekarangan rumah rumah penduduk yang dijadikan tempat bersembunyi para tentara Belanda " ayo cepet nyebar !!... ati ati golek delikan kabeh !!... " dengan sigap Darmanto dan beberapa anak buahnya memasuki pekarangan salah satu rumah dan langsung menembaki tentara Belanda yang bersembunyi di balik pepohonan pisang " dreet !!.... dreet !!... dreet !!... " pohon pohon pisang itu bertumbangan diterjang rentetan peluru senapan sten dan bren , sementara para tentara Belanda yang bersembunyi langsung tewas terkapar berlumuran darah segar " wes matek !!... matek kabeh londhone !!... " satu persatu tentara Belanda yang bersembunyi di pekarangan rumah tewas bertumbangan diburu oleh Darmanto dan anak buahnya , sementara di pekarangan rumah yang lain masih terjadi baku tembak tanpa henti " dreet !!... dreet !!... duaar !!.... duaar !!... " Darmanto tak bisa tinggal diam melihat situasi ini , dengan tergesa ia langsung mengajak anak buahnya untuk memburu para tentara Belanda yang bersembunyi di pekarangan rumah yang lain.


Mayat mayat tentara Belanda bergelimpangan di pekarangan rumah rumah penduduk , namun pertempuran ini masih belum usai karena di kejauhan ada belasan tentara KNIL yang baru saja berdatangan sambil membawa mortir " piye pak iki ??... mlayu opo nyerang maneh ??... " Darmanto tak ambil pusing saat ditanyai anak buahnya , tanpa rasa gentar ia langsung mengkomando semua orang untuk menyerbu tentara KNIL yang baru saja memasang mortirnya itu.


" Bluaaar !!.... bluuaar !!.... " ledakan dahsyat menghantam jalanan desa dan menewaskan beberapa orang yang akan menyerbu , sementara yang lainnya terus berlari sambil menembaki belasan tentara KNIL yang berada di kejauhan itu " dreet !!... dreett !!... duaar !!... duarr !!.... " baku tembak yang terjadi menewaskan beberapa orang sekaligus , bahkan Darmanto terkena tembakan tepat di pundak kanan hingga ia menjatuhkan senapan stennya dan langsung merunduk di parit sambil menahan rasa sakit , di saat bersamaan para tentara TNI dan milisi yang tersisa terus menyerbu hingga akhirnya berhasil menghabisi belasan tentara KNIL yang sudah terpojok tak bisa menyelamatkan diri.

" Wes pak !!... wes entek kabeh londhone !!... " Darmanto merasa lega saat baku tembak telah berhenti , sementara seorang petugas medis langsung menyuntikkan morphin di pundak kanannya yang terluka " diempet sek pak nek njarem !.. ngko mari ngene langsung tak operasi !.. " rasa sakit berangsur angsur mereda setelah pundak Darmanto disuntik morphin , tak lama kemudian ia langsung menyuruh semua orang yang tersisa untuk mencari teman temannya yang terluka , selain itu mayat mayat para tentara TNI dan milisi yang telah tewas juga harus dikumpulkan untuk dibawa kembali ke Bululawang.

Hari sudah menjelang petang ketika Darmanto beserta para milisi dan anak buahnya beranjak meninggalkan daerah Tajinan , dengan kondisi lelah dan terluka mereka terus berjalan sambil menggotong mayat teman temannya , saat maghrib mereka baru tiba di daerah Bululawang dan langsung diberi pengobatan oleh para petugas medis , sementara beberapa penduduk desa baru saja datang membawakan berbungkus bungkus nasi pecel yang langsung disantap semua orang.

Jenasah beberapa anak buah Darmanto yang tewas harus dibawa ke markas komando agar bisa segera dipulangkan ke Madiun , sementara Darmanto sendiri harus segera melaporkan pertempuran tadi kepada letkol Hamid Rusdi , tanpa berlama lama ia segera berangkat dengan menumpangi truk yang juga mengangkut jenasah anak buahnya.

" Sulit situasinya sekarang to !!... kompi kompi saya banyak yang gagal nyerang desa desa lain di tajinan !!.. banyak yang mati to !!... mumet sekarang saya to !.. " letkol Hamid Rusdi tampak cemas melihat situasi yang semakin genting ini , banyak anak buahnya yang tewas setelah gagal menyerbu desa desa lain di Tajinan , masih untung penyerbuan Darmanto tadi berhasil karena pasukan Belanda tidak membawa armada tank dan panser , namun esok hari bukan tak mungkin kalau pasukan Belanda akan kembali menyerbu secara besar besaran , untuk mengantisipasinya letkol Hamid Rusdi hanya bisa menyertakan sepeleton anak buahnya agar ikut bergabung dalam kompi Darmanto.

Usai menemui letkol Hamid Rusdi Darmanto langsung buru buru kembali ke desa sebelah utara , karena sudah lelah dan mengantuk akhirnya ia tertidur begitu saja di balai desa yang dijadikan pos pertahanan , hingga saat menjelang pagi tiba tiba ia terbangun dengan kaget karena mendengar suara dentuman yang sangat nyaring " bluuaar !!.... bluuaar !!.... bluuarr !!... " saking bingungnya ia langsung berlari keluar dan menanyai orang orang yang sedang kepanikan , ternyata tadi baru saja ada pesawat pembom Belanda yang membombardir desa lain yang letaknya berdekatan dengan desa ini , saat dilihat dari kejauhan tampak api berkobar kobar di desa yang baru saja dibombardir itu.

Darmanto yang pundaknya masih terluka merasa kebingungan mengambil keputusan , ia takut kalau pasukan Belanda yang sudah menguasai desa desa lain di Tajinan akan segera menyerbu daerah Bululawang secara besar besaran , sementara kondisi para milisi dan anak buahnya banyak yang terluka sehingga mustahil untuk bisa mempertahankan desa ini kalau sewaktu waktu diserang , setelah meminta saran dari anak buah letkol Hamid Rusdi akhirnya Darmanto memutuskan untuk memanggil semua milisi yang ada di desa sekitar , semuanya akan dikumpulkan di sini untuk melakukan perlawanan mati matian.

Selepas fajar menyingsing para milisi dari desa sekitar mulai berdatangan dan dikumpulkan di pelataran balai desa , jumlahnya ada ratusan orang dan sebagian besar sudah dipersenjatai dengan senapan bedil , sementara sisanya hanya bersenjatakan parang , celurit atau bambu runcing , tanpa berlama lama mereka semua langsung dibariskan di lapangan dan dikoordinasi untuk memperkuat pertahanan desa.



" Jangan takut mati sedulur sedulur !!... perjuangan kita ini di jalan allah !!... kita berjuang untuk merdeka !!... kalau tidak merdeka lebih baik mati daripada menderita !!... mari kita berjuang untuk merdeka !!... merdeka !!... merdeka !!... " dengan lantang Darmanto membangkitkan semangat semua orang yang sedang berdiri di hadapannya , mereka semua langsung berteriak " merdeka !!... merdeka !!... " sambil mengangkat senjatanya tinggi tinggi , sekejap kemudian Darmanto lekas memerintahkan semua orang untuk segera bersiaga di segala penjuru desa.



Perbatasan antara daerah Bululawang dan Tajinan adalah titik yang paling rawan sehingga Darmanto menyiagakan banyak milisi bersenjata , mereka semua langsung disebar di segala penjuru tegalan untuk mengantisipasi kalau sewaktu waktu pasukan Belanda datang dan melewati perbatasan , semuanya harus merunduk dibalik semak atau pepohonan agar keberadaannya tidak diketahui pasukan Belanda yang mungkin akan datang tak lama lagi.

Berjam jam menunggu sama sekali tak ada tanda tanda kedatangan pasukan Belanda , hingga saat menjelang siang tiba tiba terdengar suara deru mesin kendaraan di kejauhan " brruum !!.... brruum !!... " lama lama suaranya terdengar semakin bergemuruh hingga akhirnya terlihatlah iring iringan tank berjumlah banyak yang semuanya sedang melaju menuju perbatasan desa.


Dengan jumlah granat yang hanya ada beberapa buah saja Darmanto tetap menginstruksikan untuk menyerang iring iringan tank itu , tanpa buang buang waktu lagi beberapa anak buah Darmanto yang bersembunyi dibalik semak langsung bersiap menarik pemicu granat saat iring iringan tank dan panser itu mulai mendekat , hingga akhirnya " seraaang !!!.... " secara serentak mereka semua melemparkan granatnya masing masing hingga meledakkan tank tank yang melaju paling depan " bluuar !!.... bluuaar !!... bluuaar !!... " beberapa tank meledak seketika namun masih banyak tank tank lain yang langsung menembaki para milisi dan anak buah Darmanto yang ada di tegalan " bluuaar !!... bluuaar !!... " ledakan demi ledakan dahsyat langsung menghancurkan pepohonan dan menewaskan banyak orang sekaligus , dengan panik Darmanto langsung mengkomando semua orang untuk menyebar ke segala penjuru tegalan sambil terus melakukan perlawanan sebisanya.


" Dreett !!.... dreett !!.... dreett !!.... " rentetan tembakan senapan bren menghujani tentara Belanda yang duduk di atas tank , namun tembakan balasan dari tank tank itu tak sempat dihindari hingga akhirnya banyak anak buah Darmanto yang tewas seketika " bluuaar !!... bluuaar !!... " melihat keadaan seperti ini Darmanto langsung mengkomando semua orang untuk berlari mundur ke persawahan " ayo mundur kabeeh !!... mundur kabeeh !!... " puluhan milisi dan anak buah Darmanto yang masih tersisa langsung berlarian mundur dari tegalan , dengan tunggang langgang mereka terus berlari sambil berusaha menghindari tembakan tank yang terus menghujani mereka " bluuarr !!.... bluuaar !!... " beberapa orang tewas sebelum mencapai persawahan , sementara sisa sisanya masih terus berlari tunggang langgang mencari selamat.

Di saat semua orang masih berlarian tiba tiba ada gempuran bertubi tubi yang menghujani persawahan hingga membuat padi padi morat marit berantakan " bluuaar !!.... bluuaar !!... bluuaar !!.... " setelah dilihat sana sini ternyata yang menggempur persawahan bukanlah tank tank tadi melainkan meriam meriam artileri yang berada di kejauhan , semua meriam itu mengarah ke persawahan dan terus menggempur semua orang yang sedang berlarian " bluuaar !!.... bluuaar !!... " banyak yang tewas dan terluka terkena gempuran meriam itu , sementara sisanya terus berusaha kabur secepatnya dari persawahan.


Saat kembali ke Bululawang semua orang langsung ngos ngosan kehabisan tenaga , Darmanto sendiri tidak sempat memulihkan diri karena ia masih harus menghitung jumlah orang yang tewas , dari puluhan orang yang ikut dengannya ternyata hanya tersisa sekitar 30 an orang saja yang masih selamat , sementara yang lainnya sekitar 40 an orang tewas semua akibat penggempuran tank dan meriam tadi , melihat keadaan seperti ini Darmanto merasa sudah tak mungkin lagi mencegah pasukan Belanda masuk ke daerah Bululawang , ia tak tahu lagi harus bagaimana setelah ini.

Setelah memulihkan diri sejenak Darmanto berniat mengajak beberapa anak buahnya untuk mengintai keadaan di persawahan , siapa tahu ada orang yang terluka dan bisa dipulangkan ke desa untuk diberi pertolongan secepatnya , tanpa berlama lama ia dan anak buahnya langsung kembali ke persawahan dengan mengendarai sepeda onthel.

Saat tiba di dekat persawahan Darmanto melihat ada banyak tentara Belanda dan KNIL yang sedang menangkapi orang orang yang terluka , semuanya dikumpulkan di tepi sawah dan dipukuli menggunakan popor senapan , melihat keadaan seperti ini sudah tak mungkin lagi ia menyelamatkan orang orang yang terluka itu , mereka akan segera ditawan di penjara atau mungkin malah akan dieksekusi tak lama lagi.



Malam harinya Darmanto mendapat surat perintah dari letkol Hamid Rusdi untuk segera mengosongkan desa yang dijaganya , semua milisi dan anak buahnya akan ditarik mundur ke markas komando karena sudah tidak mungkin lagi mencegah pasukan Belanda masuk ke Bululawang , tanpa berlama lama Darmanto langsung menginstruksikan semua orang untuk berkemas kemas dan meninggalkan desa secepatnya , nantinya mereka semua akan memperkuat markas komando yang merupakan pertahanan terakhir di Bululawang , kalaupun nantinya pasukan Belanda berhasil menguasai markas komando batalion I maka seluruh sisa sisa tentara TNI dan milisi akan dipindahkan lagi ke daerah Turen atau Dampit.

" Perang itu biasa menang atau kalah to !... kalau menang jangan terlalu senang !... kalau kalah jangan terlalu susah !... " Darmanto merasa terhibur mendengar perkataan letkol Hamid Rusdi yang sedang duduk di hadapannya , sebagai komandan kompi Darmanto memang menanggung beban moril yang berat saat mengalami kegagalan dan kehilangan banyak orang , namun memang beginilah yang namanya peperangan dimana kemenangan atau kekalahan hanyalah perkara yang berlangsung secara silih berganti dan terus membolak balikkan ketetapan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar