Saat pagi hari sepeleton pelajar TRIP dari batalion 5000 tiba tiba datang ke markas untuk menemui letkol Hamid Rusdi , ternyata mereka bermaksud melakukan misi pembersihan daerah Pakisaji yang baru saja diduduki pasukan Belanda , kalau daerah itu berhasil dibersihkan maka jalur logistik ke Malang selatan akan kembali terhubung sehingga pasokan amunisi bisa dikirimkan seperti semula.
Setelah berkoordinasi secara singkat akhirnya letkol Hamid Rusdi meminta Darmanto untuk turut menyertai para pelajar TRIP menjalankan misinya , kata mereka di daerah Pakisaji hanya ada pasukan infantri yang jumlahnya tidak terlalu banyak , tidak ada armada tank , panser atau meriam artileri yang ditempatkan di sana sehingga misi ini tidak akan terlalu berbahaya , akhirnya Darmanto memutuskan membawa senapan bedil m1d garand yang rencananya akan ia gunakan untuk melakukan aksi menjadi penembak runduk , bedil yang sudah dipasangi teleskop dan peredam bunyi itu sangat cocok kalau digunakan memburu tentara Belanda atau orang orang Maluku yang menjadi tentara KNIL , dengan menerapkan prinsip satu peluru satu nyawa ia sudah siap menghabisi musuh sebanyak banyaknya.
Peleton pelajar TRIP yang akan berangkat ke Pakisaji ini terdiri dari 24 remaja yang semuanya memegang bedil arisaka , dengan berbekal amunisi secukupnya mereka langsung berangkat menumpangi truk dan harus melewati rute lebih jauh untuk menghindari pasukan Belanda yang bercokol di daerah Tajinan.
" Kon kabeh gak wedi mati tha ?!... opo wes siap nek kudu mati enom ?!.. " sambil duduk di bak truk Darmanto terus menanyai para pelajar TRIP yang semuanya masih berusia remaja , ia ragu kalau mereka punya nyali untuk berperang dan mungkin juga takut kalau nanti akan mati terbunuh , namun dengan mantap mereka menjawab bahwa resiko apapun sudah siap dihadapi demi berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa " lek awake dhewe wedi mati lapo ndadak daftar dadi tentara pelajar pak ?!.. malah bangga awake dhewe iki iso melok berjuang !... nek ancene mati yo wes gak po po pak , seng penting lak wes melok berjuang !!... yo po gak rek ?! " Darmanto tersenyum melihat tekat mereka yang tampak membara , pelajar pelajar ini sudah tak peduli lagi dengan segala resiko yang mereka hadapi selama ikut berperang , walaupun teman teman mereka banyak yang berguguran namun tetap saja mereka tak merasa gentar untuk meneruskan perjuangan.
Truk akhirnya berhenti di desa sebelah selatan daerah Pakisaji , dari sini peleton pelajar TRIP yang dikomandani Darmanto masih harus berjalan melewati desa demi desa yang jaraknya berkilo kilo meter , walaupun merasa lelah mereka terus berjalan hingga akhirnya mencapai desa sebelah utara yang berbatasan dengan daerah Tajinan dan Sukun.
Kata para pelajar TRIP desa sebelah utara ini sudah dikuasai pasukan Belanda , karena itulah mereka mulai berjalan merunduk dibalik semak semak pinggir jalan sambil terus mengawasi keadaan , tak lama kemudian mereka tiba di ujung jalan masuk desa yang dijaga segerombol tentara Belanda , semuanya sedang duduk dibalik tumpukan karung pasir sambil memegang senapan gatling , untuk mengatasinya Darmanto akan melakukan serangan senyap menggunakan senapan m1d garand yang dibawanya.
Para pelajar TRIP disuruh bersembunyi di semak semak pinggir jalan , sementara Darmanto mulai bersiap membidik salah seorang tentara Belanda yang duduk dibalik karung pasir , dari jarak puluhan meter ia membidik menggunakan teleskop yang dipasang di atas senapannya yang berperedam , hingga akhirnya " daak !!... " dengan sekali tembakan salah seorang tentara Belanda langsung tewas seketika , sementara yang lainnya mulai kepanikan dan langsung bersembunyi dibalik tumpukan karung pasir.
" Dreett !!.... dreett !!... dreett !!.... " gerombolan tentara Belanda yang kepanikan itu mulai menembakkan senapan gatling ke segala arah , sepertinya mereka frustasi karena tidak tahu siapa yang membunuh temannya , sementara Darmanto yang berada di kejauhan mulai bersiap siap membidik salah satu dari mereka " duaak !!... " seorang tentara Belanda tewas lagi setelah kepalanya terkena tembakan Darmanto , karena panik melihat teman temannya mati para tentara Belanda yang tersisa langsung lari tunggang langgang mencari selamat.
" Wah pak kapten titis temenan nek nembak rek !... sak pluru mesti ngeneki sak uwong !... " Darmanto hanya tersenyum saat para pelajar TRIP memuji muji aksi yang dilakukannya tadi , sebagai penembak runduk ia memang menguasai kemampuan menembak jarak jauh secara cepat dan akurat , apalagi bedil m1d garand yang digunakannya berdaya hentak rendah dan tidak perlu menarik bolt tiap kali menembak , tak heran kalau ia begitu membanggakan bedil buatan Amerika itu.
Mumpung keadaan masih aman Darmanto langsung mengajak para pelajar TRIP masuk ke desa , dengan penuh kewaspadaan mereka terus berjalan merunduk di balik semak semak sebelumnya akhirnya tiba di rumah rumah penduduk yang telah ditinggalkan , kali ini mereka langsung bersembunyi di balik pagar bambu sambil terus mengawasi keadaan di jalanan desa , hingga tak lama kemudian datang segerombol tentara Belanda yang mondar mandir mengawasi tiap tiap ruas jalan , lama kelamaan para tentara Belanda itu berjalan semakin dekat sehingga Darmanto segera menginstruksikan para pelajar TRIP untuk melakukan serangan kejutan " pokoke langsung metu kabeh trus murep neng ndalan karo nembak bareng bareng !!... " ketika segerombol tentara Belanda itu berjalan semakin dekat para pelajar TRIP yang bersembunyi di balik pagar bambu langsung keluar secara serentak lalu bertiarap di jalanan desa , sekejap kemudian mereka mulai menembaki gerombolan tentara Belanda yang jumlahnya hanya sedikit itu " duaar !!... duaar !!... duaar !!... " satu persatu para tentara Belanda itu bertumbangan ditembaki para pelajar TRIP yang bertiarap di jalanan , namun tanpa diduga beberapa tentara Belanda lainnya tiba tiba datang dan langsung memasang mortir di tengah jalan " mortiir rek !!... mlayu !!.... mlayu kabeh !!... " dengan panik para pelajar TRIP yang masih tiarap di jalanan langsung berdiri dan kemudian berlari sejauh jauhnya untuk menghindari tembakan mortir para tentara Belanda " bluuarr !!.... bluuaar !!.... " ledakan demi ledakan menghujani jalanan desa hingga berlubang lubang , sementara para pelajar TRIP yang sudah berada di kejauhan berusaha balas menembak sebisanya " duaar !!... duaar !!... " sayangnya tak ada satupun tentara Belanda yang terkena tembakan mereka , justru ledakan demi ledakan malah terus menghujani jalanan dan membuat para pelajar TRIP semakin kocar kacir tak tentu arah.
Darmanto yang masih bersembunyi di balik pagar bambu mulai bersiap membidik para tentara Belanda yang menembakkan mortir itu , secara perlahan moncong senapannya menerobos pagar bambu yang ditumbuhi tanaman rambat , sementara mata kirinya terus mengintip lensa teleskop untuk mengakurasikan bidikannya agar tepat mengenai kepala salah satu tentara Belanda yang menembakkan mortir , hingga akhirnya " dakk !!... " dengan sekali tembak seorang tentara Belanda yang diincarnya mati seketika , sementara yang lainnya mulai panik dan kebingungan mencari siapa pembunuh temannya " ga waar ze zijn , zoek totdat je het ziet !!... " tanpa buang buang waktu Darmanto langsung bersiap membidik tentara Belanda yang lainnya , tak lama kemudian " dakk !!... " darah segar langsung bermuncratan dari kepala tentara Belanda yang baru saja ditembak Darmanto , karena panik melihat teman temannya mati satu persatu para tentara Belanda yang tersisa langsung lari tunggang langgang meninggalkan mortirnya begitu saja , namun siapa sangka saat berlari mencapai belokan jalan para tentara Belanda itu justru diberondong senapan mesin yang tidak jelas darimana asalnya " dreet !!!.... dreett !!.... dreett !!!.... " ketika rentetan tembakan berakhir para tentara Belanda itu sudah tergeletak di jalanan dengan kondisi bersimpah darah , sementara Darmanto dan para pelajar TRIP kebingungan sendiri tak tau siapa yang menembakkan senapan mesin tadi " sopo seng nembak ndek mau rek ?!... endi wonge seng nembaki londho ?!.. " di saat mereka masih kebingungan tiba tiba muncul beberapa pemuda yang berseragam serba hitam dan menenteng senapan mesin bren , pemuda pemuda ini mengaku kalau mereka tergabung dalam regu Naga Hitam yang konon merupakan pasukan rahasia dari divisi Suropati.
Kedatangan regu Naga Hitam ke desa ini adalah untuk mengawal sepeleton pelajar TGP yang sekarang masih berada di perbatasan Tajinan , katanya para pelajar TGP dari kompi II diberi misi untuk menghancurkan jembatan di sana agar tidak bisa dilewati pasukan Belanda yang berniat merebut daerah Pakisaji , karena merasa penasaran Darmanto dan para pelajar TRIP akhirnya ikut bersama regu Naga Hitam pergi ke jembatan yang letaknya tidak terlalu jauh dari desa , begitu tiba di sana Darmanto melihat sepeleton pelajar TGP yang terdiri dari 28 remaja sedang sibuk memasang banyak dinamit di pondasi jembatan , dengan cekatan mereka memanjat dan memasang dinamit dinamit itu di pondasi penyangga jembatan yang terbuat dari beton , ketika semua dinamit sudah terpasang para pelajar TGP langsung menyambungkan kabel kabel panjang yang menjuntai di tiap tiap dinamit , tak lama kemudian sambungan kabel yang panjangnya bermeter meter itu disambungkan lagi pada sebuah alat detonator kecil yang punya tombol merah.
" Monggo pak kapten seng mijet tombole pak !!... " seorang pelajar TGP menyodorkan alat detonator kepada Darmanto , dengan muka cengengesan ia mempersilahkan Darmanto untuk menekan tombol merah pada detonator " monggo seng abang abang dipijet pak kapten !.. " Darmanto merasa deg degan saat tangan kanannya menggenggam detonator , kalau ia menekan tombol merah maka jembatan yang terbentang di hadapannya akan segera meledak hingga hancur berkeping keping.
" Ayo pak kapten ndang dipijet seng abang abang !... selak londo teko pak !.. " dengan mengucap bismilah Darmanto akhirnya menekan tombol merah yang ada di detonator , sekejap kemudian tercipta ledakan demi ledakan dahsyat yang langsung merobohkan jembatan yang terbentang di hadapannya " bluuuaaar !!... bluuuaar !!.... bluuuaarr !!.... " Darmanto dan para pelajar TRIP hanya bisa melongo melihat jembatan itu meledak hingga puing puingnya berjatuhan ke sungai , sementara para pelajar TGP tertawa kegirangan melihat dahsyatnya ledakan dinamit buatan mereka " ha.. ha... buanter mbledose rek !!... mantep temenan iki !!.. ha.. ha.. " dengan tuntasnya misi peledakan jembatan ini maka pasukan Belanda yang bercokol di daerah Tajinan tak akan pernah bisa memasuki daerah Pakisaji , satu satunya jembatan yang tersisa hanya ada di perbatasan daerah Sukun yang masih dikuasai pihak Republik sehingga pasukan Belanda tidak akan bisa memasuki Pakisaji tanpa melakukan perlawanan di sana.
Menjelang sore truk jemputan dari Bululawang datang ke desa sebelah utara , para pelajar TRIP langsung naik satu persatu sementara Darmanto memutuskan untuk ikut pergi ke daerah Sukun bersama para pelajar TGP dan regu Naga Hitam , ia hanya menitip pesan agar letkol Hamid Rusdi menyerahkan posisi komandan kompinya kepada seorang rekan yang berpangkat letnan satu , nantinya ia akan mengabari lebih lanjut mengenai misi misi yang akan dilakukannya di daerah Sukun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar