HIDOEP ITOE PERDJOEANGAN - Soerabaja Membara chapter IV

 Tewasnya brigjen Mallaby membuat semua orang senang bukan kepalang , siapa sangka kalau Inggris yang selama perang dunia II tidak pernah kehilangan jendral ternyata malah harus bernasib sial di Surabaya ini , padahal yang mereka hadapi bukanlah pasukan Nazi tetapi hanya orang orang yang bersenjata ala kadarnya dan sama sekali tidak terlatih kemampuan militer , jelas peristiwa ini merupakan suatu prestasi tersendiri sehingga orang orang merayakannya dengan konvoi beramai ramai mengelilingi kota Surabaya.


Di saat semua orang sedang bersenang senang para komandan BKR justru merasa was was dengan apa yang akan terjadi setelah ini , sudah jelas Inggris tidak terima dengan kematian brigjen Mallaby sehingga mereka diperkirakan akan segera mengerahkan kekuatan secara besar besaran untuk menggempur kota Surabaya , kalau perang kemarin Inggris hanya menurunkan pasukan infantri berjumlah 6000 an tentara maka setelah ini sepertinya mereka akan menurunkan pasukan infantri yang jumlahnya bisa berkali kali lipat daripada sebelumnya , belum lagi mereka juga akan mengerahkan armada tank dan panser yang lebih banyak , selain itu mungkin mereka juga akan mengerahkan pesawat pembom dan kapal perang untuk memastikan kemenangan berada di pihak mereka , jika sudah begini maka perlawanan pihak Republik akan menjadi lebih berat dan memakan banyak korban , bukan tak mungkin kalau kota Surabaya akan hancur lebur dan tak dapat dipertahankan lagi.

Skenario terburuk jika sampai pihak Republik kalah maka sudah pasti Belanda akan menjajah Indonesia lagi , apalagi untuk mempertahankan status quo Belanda sudah membentuk NICA yang juga ikut serta dengan pasukan sekutu yang datang ke Surabaya ini , jelas sudah kalau pihak sekutu memenangi perang maka NICA akan mengambil alih pemerintahan kota sebagai pondasi awal untuk mengembalikan Indonesia menjadi jajahan Belanda lagi , tentunya hal ini tak bisa dibiarkan sehingga pihak Republik harus melakukan perlawanan yang lebih sengit untuk mempertahankan Surabaya hingga titik darah penghabisan.

Melalui siaran radio yang dipancarluaskan ke seluruh negeri Bung Tomo kembali menyerukan agar para pemuda dari segala penjuru tanah air ikut serta berperang bersama di Surabaya , begitu berapi api ia berseru disertai takbir berkali kali hingga orang yang mendengar merasa bergetar hati sanubarinya " allahu akbar !!... allahu akbar !!... rawe rawe rantas malang malang tuntas.. datanglah !!... datanglah ke Surabaya untuk berjuang bersama sama !!.. pemuda pemuda dari aceh , batak , kalimantan ,sulawesi , bali dan dari daerah manapun di indonesia !... datanglah ke surabaya semuanya !... mari kita berjuang bersama sama !.... merdeka !!!.. merdeka !!!.. sekali merdeka tetap merdeka !!... allahu akbar !!... allahu akbar !!... " begitu siaran radio itu usai semua orang langsung berteriak " merdeka !!.. merdeka !!... sembari mengepalkan tangannya tinggi tinggi , jelas siapapun tak ingin kemerdekaan bangsa Indonesia terenggut begitu saja , walaupun harus bertaruh nyawa kemerdekaan tetap akan dipertahankan dengan segenap jiwa.


Kemerdekaan yang sedang dipertaruhkan di Surabaya membuat para pejuang dan milisi dari segala penjuru tanah air terpanggil untuk ikut berperang , mulai dari Aceh , Sumatra , Jawa , Banten , Madura , Kalimantan , Sulawesi , Bali hingga Nusa Tenggara semuanya berdatangan satu persatu pada hari hari awal bulan November 1945 , mereka semua langsung disebar ke berbagai sektor wilayah dan menempati gedung atau bangunan yang dijadikan markas , selain itu juga ada korps korps pejuang yang baru terbentuk seperti TKR Pelajar yang anggotanya para remaja yang masih bersekolah atau TKR Chunking yang anggotanya orang orang Tionghoa , sementara BKR sebagai korps tentara utama pihak Republik baru saja berganti nama menjadi TKR dan mulai menerapkan sistem pangkat kemiliteran , Darmanto sendiri mendapat pangkat letnan satu yang setara dengan pangkat shodanco semasa ia menjadi tentara PETA.

Sektor tengah akan menjadi konsentrasi pertahanan terbesar sehingga banyak korps pejuang dan laskar milisi yang dikumpulkan di sini , sementara Darmanto dan rekan rekannya yang menempati gedung HBS akhirnya berpindah ke gedung perkantoran di jl Pregolan yang dijadikan markas divisi TKR di bawah komando batalion Sungkono , nantinya semua pergerakan para pejuang atau milisi yang berada di sektor ini akan dikonsolidasikan secara terus menerus sehingga tidak ada yang bergerak semaunya sendiri seperti peperangan sebelumnya.

Untuk mempermudah konsolidasi Darmanto dan rekan rekannya diperintahkan menemui beberapa laskar milisi atau korps pejuang yang bermarkas di sektor tengah , yang pertama ditemui adalah para tentara pelajar yang tergabung dalam TKR Pelajar , usia mereka masih remaja dan hanya sempat dilatih militer selama beberapa hari saja , tak heran kalau kemampuan menembak mereka masih kurang terasah dengan baik , bahkan untuk sekedar mengisi pelurupun mereka juga masih kesulitan , karena itulah mereka akan ditempatkan sebagai pasukan pembantu yang hanya berada di belakang bersama para milisi.


Setelah menemui para tentara pelajar Darmanto dan rekan rekannya pergi ke pos milisi laskar Sabillilah yang berada di pertokoan daerah Embong Arab , anggota dari laskar ini adalah para kiai sepuh dari Jawa Timur yang sama sekali tak membawa senjata apa apa , mereka ikut berperang hanya dengan modal ilmu tenaga dalam serta ajian kanuragan yang membuat tubuh mereka kebal terhadap tembakan peluru atau ledakan granat , bahkan demi membuktikannya mereka sampai menyuruh Darmanto dan rekan rekannya untuk menembak salah seorang kiai.

Dengan ragu Darmanto menarik pelatuk pistolnya yang mengarah ke lengan seorang kiai " duuar !!.. " begitu ditembakkan ternyata peluru tidak bisa menembus lengan kiai itu , seketika Darmanto terbelalak melihat lengan kiai itu sama sekali tidak terluka dan hanya bengkak sedikit saja , bahkan saat rekan rekan Darmanto ikut menembaki menggunakan senapan sten ternyata tak ada sebutir pelurupun yang sanggup menembus tubuh kiai itu , sungguh benar benar aneh bin ajaib.

Ajian kebal memang berguna di saat perang seperti ini , entah apa yang ada di pikiran tentara Inggris atau Gurkha kalau melihat kiai yang diberondongnya sama sekali tidak terluka , mungkin hanya di Indonesia saja ada orang berperang dengan aji ajian yang tak masuk akal.


Masih di sekitar Embong Arab Darmanto dan rekan rekannya langsung menemui para santri Hizbullah yang bermarkas di rumah besar milik orang keturunan Yaman , yang mengejutkan ternyata ada beberapa tentara Gurkha yang entah kenapa malah ikut bersama para santri , setelah dijelaskan barulah Darmanto dan rekan rekannya paham kalau para tentara Gurkha itu ternyata telah membelot dari kesatuannya hanya karena menuruti apa kata hati nuraninya , mereka semua adalah orang orang Sikh yang beragama Islam sehingga saat melihat para santri melakukan serangan bunuh diri dengan meneriakkan takbir hati nurani mereka jadi merasa bergetar , sejak saat itu mereka mengalami konflik batin karena harus berperang dengan saudara seiman sesama muslim hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk desersi dari kesatuan infantri divisi 5 India , sungguh benar benar tak disangka kalau keimanan telah membuat lawan menjadi kawan.



Esok harinya Darmanto dan rekan rekannya diperintahkan pergi ke daerah Wonokromo untuk menemui beberapa laskar milisi luar Jawa yang baru saja datang dan belum terkoordinasi dengan markas divisi , mereka adalah laskar Dayak , laskar Bali , laskar Bugis , laskar Sasak serta laskar Timor , tiap tiap laskar milisi itu beranggotakan puluhan orang yang semuanya mengenakan pakaian adat masing masing daerah , sementara senjata yang mereka bawa hanya berupa senjata tradisional seperti mandau , sumpit , panah , sangkur , badik dan juga tombak , walaupun semua itu tidak ada apa apanya dibanding persenjataan modern milik pasukan sekutu tetapi tak sedikitpun para milisi merasa gentar untuk ikut berperang menyabung nyawa , bagi mereka lebih baik mati di Surabaya daripada harus hidup di daerah asal dengan kondisi terjajah lagi.




Setelah menemui para milisi Darmanto dan rekan rekannya langsung beranjak ke daerah Tunjungan yang dipenuhi deretan pertokoan besar dan juga rumah rumah mewah , tak jauh di sekitar sini ada gudang penyimpanan amunisi yang dijaga oleh para pejuang BPRI dan juga polisi istimewa , keberadaan gudang ini sangatlah penting karena amunisi semua pejuang di sektor tengah dipasok dari sini , oleh karena itu sebagian milisi akan ditempatkan di sini untuk menjaga agar jangan sampai pasukan sekutu merebut atau meledakkan gudang ini.


Tak lama setelah dari gudang amunisi Darmanto dan rekan rekannya pergi ke Embong Wungu untuk menemui sekompi tentara Jepang kaigun yang merupakan anak buah marsekal Yaichiro , sesuai instruksi dari komandannya para tentara Jepang ini secara sukarela akan ikut berperang membantu pihak Republik mempertahankan kemerdekaan , hanya dengan cara inilah mereka dapat menebus kehormatan sebagai orang Jepang yang menjunjung tinggi jiwa bushido , mereka lebih memilih berjuang sampai mati daripada harus menyerah kepada musuh dan kehilangan harga diri.


Bala pasukan Dai Nippon juga merasa dendam atas kekalahan melawan pasukan Inggris saat perang di Burma , karena itulah mereka siap mati matian untuk ikut berperang di Surabaya ini , bahkan mereka juga membentuk unit Jibakutai yang akan dipergunakan untuk melakukan serangan bunuh diri menghadapi tank tank Inggris , jelas sudah keikut sertaan mereka di pihak Republik membuat Darmanto dan rekan rekannya merasa terhormat sebagai saudara sesama bangsa Asia.

Yang terakhir ditemui adalah TKR Chunking yang bermarkas di daerah Kembang Jepun , mereka terdiri dari orang orang Tionghoa yang baru dilatih militer selama beberapa hari , namun anehnya mereka punya senjata dan helm buatan Jerman seperti yang dipakai oleh pasukan Nazi , katanya mereka mendapatkan semua itu dari pasukan Kuomintang China yang senjata dan perlengkapan tempurnya memang membeli dari Jerman.


Saat diajak masuk ke gudang senjata Darmanto dan rekan rekannya langsung terbelalak melihat banyaknya persediaan senjata dan amunisi , mulai dari pistol luger , senapan bedil mauser , senapan semi mesin mp40 , mortir hingga granat batangan ada semuanya , hebatnya lagi para anggota TKR Chunking sudah mahir menembak walau hanya dilatih militer secara singkat , bahkan ada beberapa penembak runduk yang bisa menembak hingga jarak puluhan meter.

Selain punya senjata lengkap TKR Chunking ternyata juga membuka pos pos medis yang tersebar di berbagai sektor wilayah , para perempuan Tionghoa yang sempat mengenyam pendidikan dokter dan keperawatan dikerahkan di tiap tiap pos medis , sementara pasokan obat obatan berasal dari apotek apotek milik orang Tionghoa yang ada di Surabaya dan Malang.


Setelah mengunjungi pos medis Darmanto dan rekan rekannya diajak mampir ke sebuah restoran yang dijadikan dapur umum , di dalamnya ada banyak perempuan Tionghoa yang sedang sibuk memasak makanan untuk dikirimkan ke berbagai markas pertahanan , tentunya makanan yang dimasak di sini halal karena tidak ada yang pakai babi , sementara pasokan bahan pangan berasal dari kiriman orang orang Tionghoa yang ada di Surabaya dan Malang.

Keikut sertaan TKR Chunking membuktikan bahwa orang orang Tionghoa ini memang berjiwa merah putih , mereka rela mengorbankan apa saja demi ikut serta mempertahankan kemerdekaan bangsa ini , bahkan saat ada segelintir orang Tionghoa yang menjadi mata mata NICA para anggota TKR Chunking langsung mengeksekusinya tanpa keraguan , begitulah cara mereka menjaga barisan agar tetap solid dalam perjuangan bersama pihak Republik.

Hari hari awal bulan November 1945 memang penuh dengan persiapan konsolidasi berbagai korps pejuang atau laskar milisi yang terus berdatangan , jika dihitung secara keseluruhan mungkin ada puluhan ribu orang dari segala penjuru tanah air yang telah berkumpul di Surabaya , semuanya datang atas nama persatuan tumpah darah sebangsa dan setanah air Indonesia.

Tak ada yang tahu kapan perang akan dimulai lagi , tetapi intel intel Republik yang melakukan misi incoqnito di Tanjung Perak baru saja mengabari kalau kapal kapal pihak sekutu telah berdatangan dengan membawa beribu ribu tentara Inggris dan Gurkha , belum lagi ada armada tank dan panser yang jumlahnya sangat banyak , selain itu di lapangan udara Morokrembangan juga telah disiagakan puluhan pesawat tempur dan juga pesawat pembom , dengan persiapan jor joran seperti ini pihak sekutu sepertinya benar benar ingin menggempur Surabaya secara habis habisan.




Mungkin dalam hitungan hari peperangan akan segera dimulai dan tak ada seorangpun yang tau akan seperti apa akhirnya nanti , yang jelas Surabaya akan membara seperti neraka dan tak ada pilihan lain selain menyabung nyawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar